Sabtu, 01 Juni 2013

Karakteristik Pesantren

Pesantren dan Aktualisasi Kehidupan Sederhana dan Mandiri
Oleh : Khairul Anam (Ketua Umum PP. IKSASS Periode IV)
Pondok Pesantren  merupakan alternatif lembaga pendidikan yang ada di indonesia yang ditawarkan oleh para ulama indonesia sebagai sumbangsih mereka dalam membangun bangsa ini, baik dari ilmu pengetahuan, penguatan sosial, dan yang lebih utama adalah dibidang penanaman ilmu agama islam. Dalam perkembangannya, Pesantren telah membuktikan kepada negeri ini tentang sumbangsih apa saja yang telah diberikan. Lantas selanjutnya akan timbul pertanyaan, mengapa keberadaan pesantren yang notabenenya adalah pendidikan alternatif  bisa bertahan dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang tantangannya sangat jauh berbeda (mulai dari sebelum indonesia merdeka sampai sekarang).
Nampaknya tidak banyak kalangan yang mengetahui semua penyebab yang bisa mempertahankan pesantren dari ancaman perkembangan zaman baik dibidang ekonomi, politik, hingga keamanan. Jika kita mau menelaah keberadaan kehidupan pesantren, ada dua hal yang sangat berbeda yang gampang sekali ditemukan untuk membandingkan dengan lembaga alternatif diluar pesantren, yaitu: kesederhanaan dan kemandirian
Pertama, kesederhanan. Prinsip ini merupakan prinsip yang dijadikan modal oleh pesantren dalam mengembangkan sistem yang ada didalamnya. Dengan prinsip kesederhanaan ini, pesantren bisa membentengi diri dari serangan pengaruh global yang kebanyakan telah melunturkan ideologi beberapa tatanan masyarakat yang ada dinegeri ini. mislanya tidak sedikit pola hidup yang ada dimasyarakat umum sekarang sudah tidak menggambarkan lagi kehidupan yang bernilai indonesia yang sangat sederhana dan gotong royong. Gaya hidup hedonis (bermewah – mewahan) ada dimana – mana, persaingan tidak sehat dalam segala aspek kehidupan tidak jarang kita temukan, ini dibuktikan dengan maraknya pelaku pidana, baik pidana kaum rendahan (pencurian) hingga pidana kaum elit (korupsi). Mengapa hal itu terjadi...? mungkin jawaban yang langsung terlintas adalah “karena tuntutan ekonomi”. Namun perlu diingat seorang elit negeri ini kenapa masih melakukan tindak korupsi? Hal ini terjadi karena hidup hedonis yang mereka terapkan dalam kesehariannya, mereka tidak merasa puas terhadap apa yang mereka miliki sehingga mereka ingin memperkaya diri dengan cara yang demikian tersebut. Konsep kesederhanaan inilah yang telah mulai terkikis oleh eksodus dunia barat, dengan dalih perekonomian global dunia barat bisa mempengaruhi ideologi kesederhanaan yang telah lama tertanam dalam jiwa masyarakat indonesia khususnya masyarakat pesantren. Inilah tantangan yang sedang dan akan terus dihadapi oleh pesantren, pesantren telah ditantang apakah tetap bisa menjaga nilai kesederhanaan yang telah dicontohkon oleh ulama – ulama sebelumnya bahkan kesederhanaan ini juga sangat dicontohkan oleh rasulullah SAW dan sahabatanya. Jika ada pesantren yang sudah kecolongan dalam mempertahankan prinsip kesederhanaan ini, maka jangan harap pesantren tersebut akan eksis secara esesnsial ditengah masayarakat. Marilah kita jaga pondok pesantren salafiyah syafi’iyah ini dari gaya hidup hedonis yang akan melunturkan sedikit demi sedikit terhadap prinsip kesederhanaan yang susah payang telah dibangun dicontohkan oleh  guru – guru kita.
Kedua, kemandirian. Prinsip kemandirian ini merupakan prinsip dasar keberadaan pesantren yang ada dinusantara, baik kepribadian secara institusi maupun prinsip kepribadian person yang dimiliki oleh para pelaku pesantren (mulai dari kiai, ustadz dan santri). Dari prinsip kehidupan mandiri yang dianut pesantren secara institusi, gusdur (136:2010) berpendapat bahawa watak mandiri yang yang dimilki pesantren dapat dilihat dari dua sudut pandang: dari fungsi kemasyarakatan pesantren secara umum, dan dari pola pendidikan yang ada didalamnya. Disadari bersama bahwa dari masa ke masa pola pendidikan yang dilakukan pesantren tetap bisa eksis bahkan berkembang, hal ini dilatar belakangi karena peantren secara umum tidak menggantungkan nasibnya  terhadap intitusi – institusi pemerintah ataupun swasta, dengan prinsip mandiri yang murni seorang kiai bisa mengembangkan pesantren yang diasuhnya hingga bisa mencetak santri yang bisa bersaing dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Selain dilihat dari intitusi kelambagaan pesantren tentang kehidupan mandiri, kemandirian yang diterapkan oleh santri yang menuntut ilmu dipesantren juga merupakan faktor yang menunjang terhadap keberadaan pesantren itu sendiri. Kita lihat saja perkemabangan pondok pesantren salafiyah syafi’iyah ini, yang notabenenya santri dari kalangan ekonomi kebawah masih bisa mempertahankan sistem pendidikan yang ada didalamnya, tak lain dipengaruhi oleh sikap mandiri yang telah lama tertanam di diri masing – masing santri. Santri yang belajar dipondok pesantren sangat minim menerima semacam bantuan dari luar institusi banyak santri yang berprinsip hidup mandiri bisa menempuh pendidikannya sampai selesai. Juga, sikap mandiri ini bisa dilihat dari produk pesnatren itu sendiri, tidak sedikit para santri yang sudah selesai menempuh pendidikan dipesantren, dengan dilandasi perjuangan menghidupkan ilmu agama dan dengan tekad kemandirian yang tinggi dapat mendirikan atau mengembangkan suatu pesantren kecil yang ada disekitar tempat tinggalnya. Sungguh sangat naif sekali jika prinsip kemandirian pesantren ini luntur termakan oleh jaman dengan dalih mengurangi beban institusi ataupun pribadi sebuah pesantren akan kehilangan nilai – nilai kepesantrenan yang telah lama ditanamn oleh penggagas dan para ulama yang memimpin pondok pesantren.
Akhirnya. Penulis hanya bisa berharap agar pondok pesantren salafiyah syafi’iyah ini bisa menjaga prinsip – prinsip yang telah lama ditanam oleh guru – guru kita semua, sehingga akan menghasilkan output yang tangguh dan bisa bersaing dan dapat bersama – sama membangun masyarakat ketika kelak telah pulang. Dan bisa menjaga keberadaan pesantren secara esensial tetap bisa dirasakan oleh masyarakat luas dengan ciri utama santri yang berkehidupan sederhana dan mandiri.

0 komentar:

Posting Komentar