NU dan Pesantren (wawancara gus AAB jember)
Bagaimana hubungan NU dan Pesantren?
Pertama NU
dan pesantren ibarat dua sisi mata uang, antara satu dengan yang lain tidak
dapat dipisah. Pesantren
ini adalah miniatur NU dan NU bisa
diibaratkan sebagai pesantren besar, memang tidak bisa dipisahkan, harus saling
berkaitan, karena kalau
kita lihat sejarah berdirinya NU,
diawali dengan rencana adanya pertemuan
/ kongres umat islam di saudi arabia tahun 1925, pada waktu itu setahun setelah dibubarnya khilafah
islamiyah diturki. Kemudian dari indonesia direncanakan ada delegasi, waktu itu
pada masa pemerintahan hindia belanda, yang pertama,KH.Mas Mansur Mewakili
Muhammadiyah dan KH abdul Wahab Hasbullah Mewakili Kiai Pesantren. waktu itu NU
belum menjadi organisasi, tapi lama kelammaan nama Kiai wahab hasbullah batal
untuk berangkat ke saudi arabia dengan alasan yang sederhana, yaitu Kiai wahab
bukan atas nama organisasi. Kondisi ini cukup menyinggung terhadap perasaan Ulama
Pesantren, sehingga ulama pesantren berkumpul
membentuk suatu komite yang bagaimana kiai wahab hasbullah bisa berangakat. Komite itu disebut komite
hijaz, dari itu ulama bahu membahu mencari dana bagaimana kiai wahab bisa
diberangkatkan dengan mewakili ulama pesantren. makanya kalu akhir2 ini Nu dipelesetka narik urunan, itu aslinya, dan kita harus
bangga dari pada NU dipelesetkan nunut urip, karena NU memang dari warga, oleh
warga dan unutuk warga. kemudian
komite hijaz yang dibentuk untuk
memberangkatkan KH.
Wahab itu menjasdi embrio berdirinya NU. Jadi memang NU adalah organisasi
sosial keagamaan yang didirikan oleh para ulama2 pesantren, degan tujuan utama
adalah berlakunya ajaran islam ala ahlusunnah wal jama’ah dalam kehidupan
berbangsa dan negara. Cikal bakalnya, memang NU adalh komitmen dari para ulama - ulama pesatren untuk membuat wadah
perjuangan dengan tujuan mempertahankan ahlusunnah wal jamaah.
Ada orang bertanya Kenapa NU berdirinya
dibelakangan dibanding ormas2 yang lain...?
Sebetulnya
berdirinya NU dibelakang itu adalah berdirinya NU sebagai organisasi, subtansi
dan hakikat NU sudah ada bersamaan
dengan masuknya islam ke indonesia itu sendiri. Karena yang
diperjuangkan oleh NU adalah tipikal keagamaan sebagaimana dipraktekkan dan dikembangkan di indonesia. Sebagaimana
disampaikan oleh Kh. Hasim As’ari didalam risalah ahlusunnah wal jama’ah beliau
mengatakan “orang – orang islam diindonesia pada awalanya satu pemikiran dan
satu madzhab” yaitu mereka sudah bermadzhab, misalnya dalam bidang fiqh bermadzhab
pada salah satu yang empat, tapi pada prakteknya di ind hampir mayoritas
syafi’i. Pada awalnya umat islam di indonesia ketika melaksanakan ajaran agama
islam yang sebagaimana dibawakan oleh walisongo ya seperti itu satu kesatuan.
Baru kemudian pada abad XX tahun 1900 kalau dikonon asasi disebutkan tahun
1330-an jadi 14 tahun sebelum NU lahir, pada tahun itu mulai muncul gerakan - gerakan
reformasi keagamaan yag diusung oleh orang 2 yang pulang dari saudi arabi.
Ketika keberadaan kelompok - kelompok “pembaharu” mengancam terhadap eksistensi
aswaja yang dipertahakan dan dikenbangkan oleh para umat islam indonesia dengan
mewarisi degan apa yang dibawa wali songo,baru pada masa itu dirasa perlu
menjadi sebuah organisasi yang diprakarsai oleh ulama - ulama pesantren.
Oleh karena
itu muncul pertayaan, bagaimana mempertahankan ahlusunnah wal jamaah? Secara
tehnis doktrinannya di
pesantren, dan dikembangkan di pesatren, dan organisasi yang mewadahi adalah
NU.
Pertanyaan………………
Ajaran2 yang
dikembangkan oleh NU sebagai upaya dalam membentengi aswaja, semuanya digodok di pesantren,
dikembangkan dan diajarkan dipesantren. Dan di dalam NU itu sendiri kalau kita
lihat, kenapa NU itu bernama nahdlatul ulama(kebangkitan ulama) kok bukan kebangkitan
umat? Karena kebangkitan umat yang diharapkan adalah berbasis pada kebangkitan
ulama, kalau ulama’nya sudah bangkit, dan berdaya maka dengan sendirinya
umatnya akan bangkit dan berdaya. Ah ketika berbicara ulama, ulama adalah tokoh
- tokoh pesantren.oleh kaerena itu didalam kepengurusan NU dimana posisi ulam itu sendiri?, ini kan
tergambar dalam pola strutur
kepengurusan di NU yang disitu ada dua lembaga, ada syuriah ada
tanfidziyah. Nah suriah ini sebagai penentu kebijakan didalam perjalanan nu , itu semuanya dipegang oleh
ulama- ulama pesantren dimasing2 cabang,
lah telah menjadi aturan tidak tertulis bahwab pengurus2 suriah disemua cabang
adalah ulama - ulama pesantren. Apalaghi rois suriah pada prakteya semuanya adalah pengasuh
pesantren. Jadi ini menendakan bahwa NU organisasi kiai - kiai pesantren
Pada tahun 1922, sewaktu kongres
islam di Cirebon terjadi panggung kafir mengkafirkan. Pada waktu itu pula Kiai
Wahab Hasbullah mengusulkan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk membentuk sebuah
organisasi untuk menampung ulama –ulama tradisional, hanya saja usulan Kiai
wahab Hasbullah tesebut di tolak dengan Kiai Hayim Asy’ari,kira menurut Kiai
factor-faktor yang mempengaruhi penolakan usulan tersebut apa?
Karena memang
ancaman sudah ada, tapi waktu itu kan belum dipandang sangat mendesak untuk
mendirikan organisasi, tapi ketika pengalaman pahit dialami bahwa beberapa hal
yang terkait dengan hubungan ulama
pesantren dengan pihak luar menjadi terkendala ketika tidak ada sebuah
wadah yang resmi maka pada saat itulah NU berdiri, ini kan bermula dari
kegagalan berangkatnya Kh. Wahab hasbullah yang kemudian dilanjutkan dengan
terbentuknya komite hijaz, dan komite hijaz tepatnya pada tanggal 31 januari
1926 disahkan sebagai organisasi
Pertanyaan
sofyan...............
Tidak bisa
dipisahkan kedua2nya, jadi bagaimana menanamkan komitmen, loyalitas terhadap
perjuanagan islam dan dakwah itu kan juga melalui pendidikan . salah satu
proses utamanya adalah pendidikan. Karena perilaku keagaaman diawali degan
kesadaran keagamaaan, kesadaran keagamaan dimulai dengan pemahaman keagamaan,
pemahaman kegamaan diawali dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keagamaan
diawali dengan pengetahuan keagamaan, jadi posisi pesantren yang paling banyak berperan seabgai media untuk berjuang.
Sehingga kalau kita lihat sekarang, bagaimana proses penyegaran / penguatan
dakwah yang menjadi bagian dari NU melalui proses kultural, kulturar itu salah satunya kan melalui pembenahan
masing - masing
individu dulu menjadi orang yang mempunyai kesalehan individu, sehingga dari
kesalehan individu ini, akan membentuk kesalehan sosial, proses pembentukan
kesalehan individu ini melalui pendidikan. Berbeda dengan organisasi lain,
kebanyakan di organisasi lain menggunakan
dakwah yang melalui perebutan kekuasaan. Semenatara di NU melalui pendidikan
dan perjuangan, dan yang sangat berperan
dalam pendidikan di NU adalah pendidikan di pesantren
Pertanyaan.........
Sementara
ini, kalau kita lihat hampir semua pesantren di ind haluannya adalah NU, karena
memang pendidikan NU lembaganya ada di pesantren. Jadi kita lihat dari ajaran
yang dikembangkan. Kalau dilihat dari kitab2 yang diajarakan adalah sama dengan
apa yang menjadi rumusan ahlusunnah wal jama’ah annahdiyah, baik di fiqih,
aqidah dan tasawuf. Dan pesantren ini juga merupakan pusat pengkaderan NU.
Pertanyaan
sofyan.,,,
Kalau kita
bisa lihat, adanya sebuah proses kebebasan yang ingin diperoleh oleh kader2
pesantren dalam ranah berfikir. Jadi ada beberapa kader peantren yang ketika
keluar pemikirannya menjadi liberal. Ada dua penyebab terjadi hal itu, pertama,
karena pergulatan mereka dg dunia luar yang menawarkan sesuatau yang selama ini
tidk ditemukan di pesantren. Yang kedua adalah masuknya pemikiran liberal itu
ke pesantren yang menawarkan pemikiran2 itu di pesantrean, kita akui bersama,
seorang pemuda dijanjikan dg sebuah pemikiran yang bisa mendobrak hegemoni
mereka, maka meraka dengan mudah akan tertarik. Saya kira pemikiran seperti itu
juga harus direspon secara arif. Disatu sisi memang kebebasan berfikir dan
semnagat untuk menngkaji hazanh2 intelektual yang diwarisi para ulama bagaimana tetap untuk
bisa dilestarikan tetapi tetap dibatasi sesuai dengan nilai2 dan tradisi yang
ada dipentren. Terkait dengan masuknya pemikiran liberal ke dunia pesantren ini
karena menegaskan bahwa kamajuan sains dan tekhnologi yang tidak bisa ditolak
tapi harus diimbangi. Kemudian juga dipahami bahwa agar islam menjadi maju,
maka. Islam harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada termasuk dengan seluruh
rangkaian produk2 globalisasi. Nah ketika ada suatu yang tidak sejalan yang
terkait dengan persoalan keagamaan, maka mereka memandang doktrin inilah yang
harus dilakukan perubahan2. Termasuk pemikiran2 keagamaan yang menolak produk2
globalisasi yang seharusnya dijalankan secara beriringan. Sementara disisi yang
lain yang kemudia memperkuat terhadap akar fundalisme adalah penolakan. Jadi
dua kutub inilah susuatu yang pasti ada dalam perjalanan keagamaan.
Pertanyaan...
Ini harus
ditinjau ualang. Karena dia memandang selama ini pesantren mengajarkan zuhud
misalkan, dan zuhud diartiakan salah. Kan ada yang mengartikan zuhud itu
merupakan perlawanan terhadap maraknya hedonisme. Zuhud yang diartiakasn
semacamam inilah pada akhirnya akan membangun pola pikir santri yang akan
meninggalakan dunia. Mengapa ada statemen seperti itu, mungkin dia tidak
memandang secara kooprehensif dia hanya melihat hanya kepada satu konsep yang
ditawarkan. Atau mungkin dia hanya melihat terhadap satu pesantren yang secara
ansich hanya berkutak dalam dunia keilmuan tanpa ditopang dengan kemampuan2
lain yang bisa menjadi modal pengemabangan pada santrinya. Artinya statemen
seperti itu tidak harus direspon dg gegabah dan emaosional, paling tidak
statemen itu mampu menjadi cambuk bagi pesantren untuk mampu membenahi diri dan
usaha untuk menjadikan output pesantren bisa bersaing di zaman globalisasi ini.
Sehingga prinsip itu bisa dijadikan stimulus bahwa pendidikan pesantren bisa
manjdiikan kemajuan di dunia islam dan negara bukan lagi memprodu kemiskinan.
Satu contoh tentang zuhud yang seperti itu dirubah dangan mengambil konsep
zuhud yang ditawarkan imam ahmad bin hambal bahwa zuhud itu harus dipahami,
satu adalah menghindarkan sgala susuatu yang haram. Dua meninggalkan yang lebih dari yang halal dan
meninggalkan sesuatu yang memalingkan kita dari Allah. Kalau orang melakukan
konsep ini, maka akan ada persaingan yang sehat, tidak ada lagi KKN, maka
disitu orang akan memiliki kesempatan yang sama yang sesuai dengan
kapasitasnya. Konsep ini kalau
dipraktekan secara
sekasama akan bisa mementaskan kemiskinan, ini yang terpenting. Oleh karena itu, statemen marzuki ali harus
dijadikan cambuk bagi pesantren supaya bisa mencetak alumninya yang mampu
bersaing di tengah – tengah globalisasi ini,
Pertanyaan............
NU sekarang
menghadapi tantangan maraknya berbagai macam aliran transnasional. NU yang
menempatkan diri sebagai kelompok umatan wasato yang memiliki prinsip tawassut,
maka secara otomatis NU akan dihadapakan dengan dua kutub ekstriminitas
(fundamentalisme dan liberalisme). Nah bagaimana NU yang ada ditengah2nya
betul2 mampu mempertahankan wajah NU sebagai umatan wasato. Disinilah NU harus
menujukkan bagaimana konsep tawassut ini bisa menjadi pondasi pembangunan
kegamaan yang bisa diaplikasikan di indonesia
Pertanyaan.,................
Ya memang
prinsipnya seperti itu. Jadi konsep tawassut itu kan moderat. Suatu contoh,
bagaimana kita menghadapi produk globalisasi? Itu ada tiga respon, yang pertama
adalah menolak semua produk globalisasi, dikatakan karena itu bukan produk
islam itu adalah produk barat yang harus ditolak. Kalau konsep ini yang
dilakukan maka Nu tidak akan berkembang, malah akan tergilas pada akhirnya.
Kalau itu yang terjadi maka pesantren dan NU akan mengalami kemandekkan
(intelektual Shut down) hal inilah yang dilakukan oleh kelompok2 fundamental
yang menempatkan islam berhadap – hadapan dengan barat. Sementara dikelompok
kiri, mereka merespon / menerima tanpa reserve dengan berupaya menjadikan islam
menyesuaikan dengan produk globalisasi. ini juga berbahaya pada perkrmbangan
keagamaan. Tetapi NU dengan konsep tawassutnya bagaimana berhadapan dengan
globalisasi, mereka berprinsip yang baik2 diterima sementara yang jelek2
ditolak. Kemudian kita memang tidak melepaskan diri dari arus putaran
globalisasi yang sekarang melanda kita, kita harus siap menjadi orang
universal, tetapi pada sisi yang lain kita harus mempertahankan terhadap nilai2
yang dikembangkan olah NU dan Bangsa.
Pertanyaan
Yang moderat
itu kan titik tengah anatara fundamental dan liberal.kita tidak bisa menolak
secara utuh tetapi kita mempersiapkan bagaimanan kita bisa tetap menjadi pemain
yang memiliki daya saing yang kuat bertahan tanpa harus berpengaruh. Didalam
memandang pola hubungna agama dg negara, sama kelompok kanan itu memandang
bahwa isalam adalah agama yang sudah paripurna yang mengatur terhadap seluruh
aspek kehidupan bermasyarakat didalamnya termasuk bagaimana kita hidup
berbangsa dan bernegara. Sementara kelompok kiri mengatakan bahwa islam hanya
mengatur hubungan manusia dengan tuhan
saja.NU ada ditengah, konsep yang ditawartkan oleh NU adalah hubungan anatara
negara dg agama adalah hubungan yang saling membutuhakan (simbiosis mutualisme)
agama butuh negara, negara butuh agama tetapi lebih pada nilai2 operasional
universal bukan pada pelaksanaan tekhnisnya.
Pertanayaan....
Saya kira NU
dan peantren sebagai satu kesatuan sama2 memilki tantangan dalam menghadapi
globalisasi saat ini. Globalisasi saat ini yang sudah ditengah2 kita jangan
dipandang sebagai lawan dan jangan dipandang sebagai kawan, tapi dianggap sebagai dinamisator yang
bisa manggerakan pesantren dan NU agar bisa eksis dalam laju perkembangan
zaman. Kalau kita menganggap mereka kawan maka kita akan terlindas, karena
mereka itu bebas nilai sementara disini ada batas2 nilaia yang harus
dipertahankan. Tapi kalo dianggap sebagai lawan, maka akan terjadi sebuah
kemandekan karena kita tidak bisa memanfaatkan terhadap berbagai produk
globalisasi yang dari satu sisi ketika
kita manfaatkan akan menjadikan eksistensi pesantren akan lebih bagus