Senin, 15 Oktober 2012

NU dan Pesantren


NU dan Pesantren  (wawancara gus AAB jember)
Bagaimana hubungan NU dan Pesantren?
Pertama NU dan pesantren ibarat dua sisi mata uang, antara satu dengan yang lain tidak dapat dipisah. Pesantren ini adalah miniatur NU dan NU bisa diibaratkan sebagai pesantren besar, memang tidak bisa dipisahkan, harus saling berkaitan, karena kalau kita lihat sejarah berdirinya NU, diawali dengan rencana adanya pertemuan / kongres umat islam di saudi arabia tahun 1925, pada waktu itu setahun setelah dibubarnya khilafah islamiyah diturki. Kemudian dari indonesia direncanakan ada delegasi, waktu itu pada masa pemerintahan hindia belanda, yang pertama,KH.Mas Mansur Mewakili Muhammadiyah dan KH abdul Wahab Hasbullah Mewakili Kiai Pesantren. waktu itu NU belum menjadi organisasi, tapi lama kelammaan nama Kiai wahab hasbullah batal untuk berangkat ke saudi arabia dengan alasan yang sederhana, yaitu Kiai wahab bukan atas nama organisasi. Kondisi ini cukup menyinggung terhadap perasaan Ulama Pesantren,  sehingga ulama pesantren berkumpul membentuk suatu komite yang bagaimana kiai wahab hasbullah bisa berangakat. Komite itu disebut komite hijaz, dari itu ulama bahu membahu mencari dana bagaimana kiai wahab bisa diberangkatkan dengan mewakili ulama pesantren. makanya kalu akhir2 ini Nu dipelesetka narik urunan, itu aslinya, dan kita harus bangga dari pada NU dipelesetkan nunut urip, karena NU memang dari warga, oleh warga dan unutuk warga. kemudian komite hijaz yang dibentuk untuk memberangkatkan KH. Wahab itu menjasdi embrio berdirinya NU. Jadi memang NU adalah organisasi sosial keagamaan yang didirikan oleh para ulama2 pesantren, degan tujuan utama adalah berlakunya ajaran islam ala ahlusunnah wal jama’ah dalam kehidupan berbangsa dan negara. Cikal bakalnya, memang NU adalh komitmen dari para ulama - ulama pesatren untuk membuat wadah perjuangan dengan tujuan mempertahankan ahlusunnah wal jamaah.
Ada orang bertanya Kenapa NU berdirinya dibelakangan dibanding ormas2 yang lain...?
Sebetulnya berdirinya NU dibelakang itu adalah berdirinya NU sebagai organisasi, subtansi dan hakikat NU sudah ada bersamaan dengan masuknya islam ke indonesia itu sendiri. Karena yang diperjuangkan oleh NU adalah tipikal keagamaan  sebagaimana dipraktekkan dan dikembangkan di indonesia. Sebagaimana disampaikan oleh Kh. Hasim As’ari didalam risalah ahlusunnah wal jama’ah beliau mengatakan “orang – orang islam diindonesia pada awalanya satu pemikiran dan satu madzhab” yaitu mereka sudah bermadzhab, misalnya dalam bidang fiqh bermadzhab pada salah satu yang empat, tapi pada prakteknya di ind hampir mayoritas syafi’i. Pada awalnya umat islam di indonesia ketika melaksanakan ajaran agama islam yang sebagaimana dibawakan oleh walisongo ya seperti itu satu kesatuan. Baru kemudian pada abad XX tahun 1900 kalau dikonon asasi disebutkan tahun 1330-an jadi 14 tahun sebelum NU lahir, pada tahun itu mulai muncul gerakan - gerakan reformasi keagamaan yag diusung oleh orang 2 yang pulang dari saudi arabi. Ketika keberadaan kelompok - kelompok “pembaharu” mengancam terhadap eksistensi aswaja yang dipertahakan dan dikenbangkan oleh para umat islam indonesia dengan mewarisi degan apa yang dibawa wali songo,baru pada masa itu dirasa perlu menjadi sebuah organisasi yang diprakarsai oleh ulama - ulama pesantren.
Oleh karena itu muncul pertayaan, bagaimana mempertahankan ahlusunnah wal jamaah? Secara tehnis doktrinannya di pesantren, dan dikembangkan di pesatren, dan organisasi yang mewadahi adalah NU.

Pertanyaan………………
Ajaran2 yang dikembangkan oleh NU sebagai upaya dalam membentengi aswaja, semuanya digodok di pesantren, dikembangkan dan diajarkan dipesantren. Dan di dalam NU itu sendiri kalau kita lihat, kenapa NU itu bernama nahdlatul ulama(kebangkitan ulama) kok bukan kebangkitan umat? Karena kebangkitan umat yang diharapkan adalah berbasis pada kebangkitan ulama, kalau ulama’nya sudah bangkit, dan berdaya maka dengan sendirinya umatnya akan bangkit dan berdaya. Ah ketika berbicara ulama, ulama adalah tokoh - tokoh pesantren.oleh kaerena itu didalam kepengurusan  NU dimana posisi ulam itu sendiri?, ini kan tergambar dalam pola strutur  kepengurusan di NU yang disitu ada dua lembaga, ada syuriah ada tanfidziyah. Nah suriah ini sebagai penentu kebijakan didalam  perjalanan nu , itu semuanya dipegang oleh ulama- ulama  pesantren dimasing2 cabang, lah telah menjadi aturan tidak tertulis bahwab pengurus2 suriah disemua cabang adalah ulama - ulama pesantren. Apalaghi rois suriah pada prakteya semuanya adalah pengasuh pesantren. Jadi ini menendakan bahwa NU organisasi kiai - kiai pesantren

Pada tahun 1922, sewaktu kongres islam di Cirebon terjadi panggung kafir mengkafirkan. Pada waktu itu pula Kiai Wahab Hasbullah mengusulkan kepada Kiai Hasyim Asy’ari untuk membentuk sebuah organisasi untuk menampung ulama –ulama tradisional, hanya saja usulan Kiai wahab Hasbullah tesebut di tolak dengan Kiai Hayim Asy’ari,kira menurut Kiai factor-faktor yang mempengaruhi penolakan usulan tersebut apa?
Karena memang ancaman sudah ada, tapi waktu itu kan belum dipandang sangat mendesak untuk mendirikan organisasi, tapi ketika pengalaman pahit dialami bahwa beberapa hal yang terkait dengan hubungan ulama  pesantren dengan pihak luar menjadi terkendala ketika tidak ada sebuah wadah yang resmi maka pada saat itulah NU berdiri, ini kan bermula dari kegagalan berangkatnya Kh. Wahab hasbullah yang kemudian dilanjutkan dengan terbentuknya komite hijaz, dan komite hijaz tepatnya pada tanggal 31 januari 1926 disahkan sebagai organisasi

Pertanyaan sofyan...............
Tidak bisa dipisahkan kedua2nya, jadi bagaimana  menanamkan komitmen, loyalitas terhadap perjuanagan islam dan dakwah itu kan juga melalui pendidikan . salah satu proses utamanya adalah pendidikan. Karena perilaku keagaaman diawali degan kesadaran keagamaaan, kesadaran keagamaan dimulai dengan pemahaman keagamaan, pemahaman kegamaan diawali dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman keagamaan diawali dengan pengetahuan keagamaan, jadi posisi pesantren yang paling  banyak berperan seabgai media untuk berjuang. Sehingga kalau kita lihat sekarang, bagaimana proses penyegaran / penguatan dakwah yang menjadi bagian dari NU melalui proses  kultural, kulturar itu salah satunya kan melalui pembenahan masing - masing individu dulu menjadi orang yang mempunyai kesalehan individu, sehingga dari kesalehan individu ini, akan membentuk kesalehan sosial, proses pembentukan kesalehan individu ini melalui pendidikan. Berbeda dengan organisasi lain, kebanyakan di organisasi lain menggunakan dakwah yang melalui perebutan kekuasaan. Semenatara di NU melalui pendidikan dan  perjuangan, dan yang sangat berperan dalam pendidikan di NU adalah pendidikan di pesantren

Pertanyaan.........
Sementara ini, kalau kita lihat hampir semua pesantren di ind haluannya adalah NU, karena memang pendidikan NU lembaganya ada di pesantren. Jadi kita lihat dari ajaran yang dikembangkan. Kalau dilihat dari kitab2 yang diajarakan adalah sama dengan apa yang menjadi rumusan ahlusunnah wal jama’ah annahdiyah, baik di fiqih, aqidah dan tasawuf. Dan pesantren ini juga merupakan pusat pengkaderan NU.

Pertanyaan sofyan.,,,
Kalau kita bisa lihat, adanya sebuah proses kebebasan yang ingin diperoleh oleh kader2 pesantren dalam ranah berfikir. Jadi ada beberapa kader peantren yang ketika keluar pemikirannya menjadi liberal. Ada dua penyebab terjadi hal itu, pertama, karena pergulatan mereka dg dunia luar yang menawarkan sesuatau yang selama ini tidk ditemukan di pesantren. Yang kedua adalah masuknya pemikiran liberal itu ke pesantren yang menawarkan pemikiran2 itu di pesantrean, kita akui bersama, seorang pemuda dijanjikan dg sebuah pemikiran yang bisa mendobrak hegemoni mereka, maka meraka dengan mudah akan tertarik. Saya kira pemikiran seperti itu juga harus direspon secara arif. Disatu sisi memang kebebasan berfikir dan semnagat untuk menngkaji hazanh2 intelektual yang  diwarisi para ulama bagaimana tetap untuk bisa dilestarikan tetapi tetap dibatasi sesuai dengan nilai2 dan tradisi yang ada dipentren. Terkait dengan masuknya pemikiran liberal ke dunia pesantren ini karena menegaskan bahwa kamajuan sains dan tekhnologi yang tidak bisa ditolak tapi harus diimbangi. Kemudian juga dipahami bahwa agar islam menjadi maju, maka. Islam harus menyesuaikan dengan keadaan yang ada termasuk dengan seluruh rangkaian produk2 globalisasi. Nah ketika ada suatu yang tidak sejalan yang terkait dengan persoalan keagamaan, maka mereka memandang doktrin inilah yang harus dilakukan perubahan2. Termasuk pemikiran2 keagamaan yang menolak produk2 globalisasi yang seharusnya dijalankan secara beriringan. Sementara disisi yang lain yang kemudia memperkuat terhadap akar fundalisme adalah penolakan. Jadi dua kutub inilah susuatu yang pasti ada dalam perjalanan keagamaan.
Pertanyaan...
Ini harus ditinjau ualang. Karena dia memandang selama ini pesantren mengajarkan zuhud misalkan, dan zuhud diartiakan salah. Kan ada yang mengartikan zuhud itu merupakan perlawanan terhadap maraknya hedonisme. Zuhud yang diartiakasn semacamam inilah pada akhirnya akan membangun pola pikir santri yang akan meninggalakan dunia. Mengapa ada statemen seperti itu, mungkin dia tidak memandang secara kooprehensif dia hanya melihat hanya kepada satu konsep yang ditawarkan. Atau mungkin dia hanya melihat terhadap satu pesantren yang secara ansich hanya berkutak dalam dunia keilmuan tanpa ditopang dengan kemampuan2 lain yang bisa menjadi modal pengemabangan pada santrinya. Artinya statemen seperti itu tidak harus direspon dg gegabah dan emaosional, paling tidak statemen itu mampu menjadi cambuk bagi pesantren untuk mampu membenahi diri dan usaha untuk menjadikan output pesantren bisa bersaing di zaman globalisasi ini. Sehingga prinsip itu bisa dijadikan stimulus bahwa pendidikan pesantren bisa manjdiikan kemajuan di dunia islam dan negara bukan lagi memprodu kemiskinan. Satu contoh tentang zuhud yang seperti itu dirubah dangan mengambil konsep zuhud yang ditawarkan imam ahmad bin hambal bahwa zuhud itu harus dipahami, satu adalah menghindarkan sgala susuatu yang haram. Dua  meninggalkan yang lebih dari yang halal dan meninggalkan sesuatu yang memalingkan kita dari Allah. Kalau orang melakukan konsep ini, maka akan ada persaingan yang sehat, tidak ada lagi KKN, maka disitu orang akan memiliki kesempatan yang sama yang sesuai dengan kapasitasnya.  Konsep ini kalau dipraktekan secara sekasama akan bisa mementaskan kemiskinan, ini yang terpenting. Oleh karena itu, statemen marzuki ali harus dijadikan cambuk bagi pesantren supaya bisa mencetak alumninya yang mampu bersaing di tengah – tengah globalisasi ini,
Pertanyaan............
NU sekarang menghadapi tantangan maraknya berbagai macam aliran transnasional. NU yang menempatkan diri sebagai kelompok umatan wasato yang memiliki prinsip tawassut, maka secara otomatis NU akan dihadapakan dengan dua kutub ekstriminitas (fundamentalisme dan liberalisme). Nah bagaimana NU yang ada ditengah2nya betul2 mampu mempertahankan wajah NU sebagai umatan wasato. Disinilah NU harus menujukkan bagaimana konsep tawassut ini bisa menjadi pondasi pembangunan kegamaan yang bisa diaplikasikan di indonesia
Pertanyaan.,................
Ya memang prinsipnya seperti itu. Jadi konsep tawassut itu kan moderat. Suatu contoh, bagaimana kita menghadapi produk globalisasi? Itu ada tiga respon, yang pertama adalah menolak semua produk globalisasi, dikatakan karena itu bukan produk islam itu adalah produk barat yang harus ditolak. Kalau konsep ini yang dilakukan maka Nu tidak akan berkembang, malah akan tergilas pada akhirnya. Kalau itu yang terjadi maka pesantren dan NU akan mengalami kemandekkan (intelektual Shut down) hal inilah yang dilakukan oleh kelompok2 fundamental yang menempatkan islam berhadap – hadapan dengan barat. Sementara dikelompok kiri, mereka merespon / menerima tanpa reserve dengan berupaya menjadikan islam menyesuaikan dengan produk globalisasi. ini juga berbahaya pada perkrmbangan keagamaan. Tetapi NU dengan konsep tawassutnya bagaimana berhadapan dengan globalisasi, mereka berprinsip yang baik2 diterima sementara yang jelek2 ditolak. Kemudian kita memang tidak melepaskan diri dari arus putaran globalisasi yang sekarang melanda kita, kita harus siap menjadi orang universal, tetapi pada sisi yang lain kita harus mempertahankan terhadap nilai2 yang dikembangkan olah NU dan Bangsa.
Pertanyaan
Yang moderat itu kan titik tengah anatara fundamental dan liberal.kita tidak bisa menolak secara utuh tetapi kita mempersiapkan bagaimanan kita bisa tetap menjadi pemain yang memiliki daya saing yang kuat bertahan tanpa harus berpengaruh. Didalam memandang pola hubungna agama dg negara, sama kelompok kanan itu memandang bahwa isalam adalah agama yang sudah paripurna yang mengatur terhadap seluruh aspek kehidupan bermasyarakat didalamnya termasuk bagaimana kita hidup berbangsa dan bernegara. Sementara kelompok kiri mengatakan bahwa islam hanya mengatur  hubungan manusia dengan tuhan saja.NU ada ditengah, konsep yang ditawartkan oleh NU adalah hubungan anatara negara dg agama adalah hubungan yang saling membutuhakan (simbiosis mutualisme) agama butuh negara, negara butuh agama tetapi lebih pada nilai2 operasional universal bukan pada pelaksanaan tekhnisnya.
Pertanayaan....
Saya kira NU dan peantren sebagai satu kesatuan sama2 memilki tantangan dalam menghadapi globalisasi saat ini. Globalisasi saat ini yang sudah ditengah2 kita jangan dipandang sebagai lawan dan jangan dipandang sebagai  kawan, tapi dianggap sebagai dinamisator yang bisa manggerakan pesantren dan NU agar bisa eksis dalam laju perkembangan zaman. Kalau kita menganggap mereka kawan maka kita akan terlindas, karena mereka itu bebas nilai sementara disini ada batas2 nilaia yang harus dipertahankan. Tapi kalo dianggap sebagai lawan, maka akan terjadi sebuah kemandekan karena kita tidak bisa memanfaatkan terhadap berbagai produk globalisasi yang dari satu sisi ketika  kita manfaatkan akan menjadikan eksistensi pesantren akan lebih bagus

Menyantrikan Blogger


FACEBOOK, BLOG Vs SANTRI
“Upaya menyantrikan blog”
Oleh: Syaiful Rijal*
            Jika ditanya “apakah kamu punya facebook?” maka semua santri serentak akan menjawab punya. meski facebook dilarang disebagian pesantren, bukan berarti keberadaan pengguna facebook (facebooker) di pesantren sedikit, facebook sudah menjadi candu bagi santri bahkan santri  rela melanggar peraturan untuk sekedar update status atau lainnya.
Tapi,  jika ditanya  “ apakah kamu punya blog?” maka sedikit yang akan menjawab punya, bahkan meskipun punya enggan untuk dikelola, mereka beranggapan bahwa blog tidak seasik facebook, twitter atau  jejaring sosial lainnya. Anggapan ini harus dibuang jauh-jauh karena blog sangat berguna bagi kehidupan kita (baca Santri), baik bagi peningkatan SDM, maupun finansial.
Blog bisa dijadikan sebagai wadah belajar menulis, karena jika mempunyai blog gairah untuk menulis akan bertambah dua kali lipat, blog juga bisa dijadikan lahan bisnis dengan menggunakan bisnis on-line, namun untuk pemula sebaiknya menjauhkan fikiran untuk mengkomersialkan blog, namun jika untuk penyemangat agar kita terus belajar nulis tidak apa-apa,
Di blog kita bisa menulis segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia kita, kita bisa menulis cerita, artikel, dll. Namun  kebanyakan para pengguna blog (blogger) lebih memilih menulis artikel pada blog mereka,
para blogger biasanya punya grub diluar dunia maya. mereka sering bertemu sebulan satu kali sekedar membicarakan perkembangan dunia blog, berbagi tips & trik  blog, sampai urusan bisnis di blog.
Blogger yang ngeblog untuk tujuan bisnis, biasanya membuat dan mengisi blog mereka dengan hal-hal yang menarik agar banyak orang yang tertarik dan mengunjungi blog mereka karena pendapatan (income) yang dihasilkan dari blog tergantung dari pengunjung blog,  oleh karena itu para blogger  menulis tulisan yang bermanfaat dan menarik untuk dibaca dan diamalkan orang lain untuk meraih kesuksesan sehingga blog tak hanya menjadi media mempublikasikan tulisan blogger, tapi juga pundi-pundi penghasil uang.
 Blogger juga dituntut mempunyai kreativitas dalam mencurahkan ide-ide, memberikan inspirasi dan manfaat bagi pengunjung blog, sehingga akan ada pengunjung setia yang selalu menantikan kreativitas berikutnya baik di dalam negeri atau diluar negeri.
            Jika diluar pesantren orang-orang sudah berbondong-bondong menggunakan blog hingga membuat grup blogger di luar dunia maya untuk mengembangkan potensi tulis menulis diri mereka dan hal-hal lainnya, maka santri seharusnya sudah mulai menggunakan blog untuk pengembangan dirinya dan dakwah bil media.
Oleh karena itu besar harapan penulis kepada para santri agar mengganti profesi dari santri facebooker menjadi santri blogger, oleh karena itu perlu kiranya menyantrikan blog di tengah kehidupan santri.
Terakhir, nikmati manfaat dan keuntungan yang akan didapatkan dengan pergaulan di dalam blog (ngeblog) mulai dari tambah mahirnya menulis sampai penghasilan dari ngeblog tentunya. Semoga bermanfaat.

Pesantren dan Pembentukan Watak Produktif


PESANTREN DAN PENGEMBANGAN WATAK PRODUKTIF
Oleh : Khairul Anam (Ketua Umum PP.IKSASS)

Rentan waktu dari Tahun 2011 sampai 2012 merupakan era baru dunia pendidikan kejuruan di indonesia, pada tahun inilah maha karya dari tangan – tangan ulet anak bangsa bisa kita raskan, mulai dari Mobil, Motor, Komputer, Personal Computer (PC) dll. Hal ini tentunya merupakan sebuah keberhasilan pendidikan Indonesia, terutama pendidikan kejuruan yang bisa mencetak siswa produktif. Namun yang perlu diperhatikan, hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh sekolah – sekolah dengan sistem parsial “yang ada diluar Pondok Pesantren” sedangkan lembaga pendidikan yang  berada di dalam pesantren, selama ini masih belum menunjukkan hasilnya ke halayak ramai.
Sejarah di Indonesia mencatat bahwa sistem pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren merupakan sebuah sistem pendidikan tertua yang sampai saat ini keberadaannya masih eksis dan bahkan menjadi percontohan pendidikan nasional (pendidikan karakter).  Tentu hal ini merupakan sebuah kebanggaan bagi dunia pendidikan pesantren di satu sisi, tapi disisi yang lain, hal ini merupakan cambuk bagi pesantren agar bisa mengembangkan pola – pola lama sehingga tidak akan terhapus oleh zaman.
Desentralisasi pendidikan pesantren pada saat ini yang dikembangkan oleh banyak pesantren besar di indonesia, merupakan jawaban dari kaum sarungan untuk bisa juga berperan dalam mensukseskan pembangunan nasional khususnya untuk menyiapkan santri – santri yang produktif diranah industri dan tekhnologi, dengan tidak menghilangkan identitas kesalafannya. Pesantren mencoba mengaktualisasikan dirinya untuk bisa menopang tantangan zaman sekarang.
Pada perkembangan selanjutnya, pesantren juga mengembangkan pendidikan kejuruan untuk menyiapkan santri – santri produktif yang bisa bersaing dengan siswa yang ansich menimba ilmu diluar pesantren. Banyak pengembangan yang dilakukan oleh pesantren dalam hal kejuruan ini, salah satu contohnya adalah pengembangan sekolah menengah kejuruan dibeberapa pesantren besar maupun kecil. Namaun pengembangan yang dilakukan oleh pesantren dalam bidang kejuruan tidak mampu menunjukkan keberhasilan santrinya yang bisa dilihat secara nyata seperti halnya apa yang telah dihasilkan oleh siswa – siswa yang ada diluar pesantren.  Padahal ketika dilihat dari aspek sistem pendidikan dipesantren, banyak kelebihan yang dimiliki oleh sistem pendidikan pesantren yang bisa menopang dan mendukung para santrinya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. berikut akan diutarakan beberapa kelebihan pesantren yang apabila  dimanfaatkan akan menghasilkan keluaran pesantren yang bisa bersaing dalam kehidupan globalisasi ini,


1.      Totalitas dalam belajar
Secara tekhnis Gusdur mengartikan  pesantren adalah “tempat di mana para santri tinggal”. Frasa ini merupakan gambaran paling penting dari pesantren, yairu sebagai suatu lingkungan pendidikan dalam pengertian yang menyeluruh. Pesantren mirip dengan akademi militer dalam arti mereka yang menyantri disebuah pesantren mengalami situasi yang totalitas. Dibandingkan dengan pendidikan parsial yang ditawarkan oleh sistem pendidikan publik indonesia sekarang yang menjadi kultur pendidikan umum masih ada kecendrungan siswanya tidak total dalam pengembangan dirinya.
Kaitannya degan itu semua, Ketika kita membaca berita tentang keberhasilan anak – anak SMK di jogja yang bisa merakit sebuah mobil yang monumental. Tentunya pikiran pertama dibenak para pembaca adalah kefokusan para siswa dalam menggeluti proyek pembuatan mobil tersebut. Oleh karena itu hal ini sebetulnya sebuah kisah yang klise ketika dibicarakan di dunia pesantren, pesantren merupakan lembaga pendidikan yang ansich dalam mengembangkan keilmuan para santrinya, dipesantren ini, santri dicoba untuk bisa mengembangkan kemampuannya dengan tanpa memikirkan hal – hal lain yang ada disekitarnya. Coba kita bandingkan dengan siswa yang ada diluar pesantren, mereka masih disibukkan dengan pekerjaan rumah, kegiatan – kegiatan ekstra dimasyarakat dan lain sebagainya, tapi pada kenyataannya mereka bisa menghasilkan karya monumental. Pesantren? Santrinya sudah fokus, tidak dibebani pekerjaan rumah tapi tidak menghasilkan apa – apa.
2.      Gampangnya kerja kelompok
Manusia merupakan makhluk sosial. Oleh karena itu, sungguh sangat tidak masuk akal sekali kalau sebuah karya monumental yang besar bisa dihasilkan hanya dangan seorang diri. Pada tahun 2011 kemarin kita banyak mendengar kabar bahwa siswa sekolah SMK telah mampu memproduksi alat – alat kebutuhan manusia. Setelah ditelusuri tidak satupun dari hasil produksi tersebut dihasilkan oleh perorangan, semuanya dihasilkan dari kerja tim atau kerja kelompok.
Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang mengharuskan santrinya berada dalam sebuah komplek besar dan kemudian bisa melakukan interaksi antar santri. Kalau melihat fenomena tersebut, tentu kita berfikir bahwa dipondok pesantren itu ada banyak peluang untuk kerja kelompok, karena semua santri berada dalam satu tempat, sehingga banyak waktu yang bisa dimanfaatkan oleh santri untuk memikirkan dan bekerja bersama – sama untuk menghasilkan sesuatu yang besar tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Inilah salah satu kelebihan pesantren jika dibandingkan dengan sistem pendidikan parsial. Tapi dalam kenyataannya hal itu tidak bisa dimanfaatkan oleh kaum santri yang meskipun pada kehidupan kesehariannya selalu hidup dalam kelompok – kelompok tertentu.
3.      Banyak ruang untuk melakukan konsultasi
Kalau kita berkunjung ke pesantren – pesantren di indonesia, kita tidak akan kesulitan untuk mencari guru – guru yang mengajar para santri yang mondok dipesantren tersebut, karena pada biasanya semua guru yang ditugasi mengajar telah dilengkapi fasilitasnya oleh pesantren. Hal ini tentunya mengandung banyak makna positif yang apabila dimanfaatkan akan menjadi sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah santri. Bandingkan dengan keberadaan pendidikan diluar pesantren, para siswa tidak bisa segampang para santri untuk mendatangi gurunya, banyak hal yang menjadi penyebab kesulitan tersebut, contoh kecilnya adalah masalah tempat tinggal antara siswa dan guru berjauhan, sehingga waktu melakukan konsultasi kepada guru tidak seluas waktu yang dimiliki oleh santri dan guru yang ada dipesantren.

Jika dilihat dari ketiga aspek kelebihan yang dimiliki pesantren dalam mengembangkan bakat santrinya untuk bisa bersaing dengan siswa non pesantren, sangatlah mungkin susuatu yang dihasilkan oleh siswa yang santri bisa melebihi apa yang telah dihasilkan oleh siswa non pesantren yang selama ini merajai media dengan karya monumentalnya. Sekarang terserah kita sendiri para santri, “relakah kita terhadap konsep yang ada dipesantren dicuri oleh siswa non pesantren, lantaran keteledoran kita tidak memanfaatkan konsep itu” . Selanjutnya khusus bagi siswa SMK Ibrahimy, tidak menutup kemungkinan pada era selanjutnya akan menghasilkan sebuah software jaringan sosial yang islami untuk menyaingi Facebook dalam dunia maya dalam bidang TKJ. Serta Menawrakan sebuah sistem keuangan syari’ah yang bisa dikembangkan oleh siswa akuntasni, dan lain sebagainya. Tentunya dengan bisa memanfaatkan secara optimal kelebihan – kelebihan yang dimiliki oleh sistem pendidikan di pesantren.